Kelahiran Teknologi Nuklir

Semenjak Nabi Adam alaihisalam turun ke bumi, energi telah menjadi kebutuhan mendasar yang menyokong kehidupan umat manusia. Untuk memasak makanan, menerangi malam, atau untuk memudahkan kegiatan manusia sehari-hari. Bahkan saat ini, di kehidupan medern kita ini, kita boleh dikatakan tidak akan bisa lepas dari kebutuhan akan energi listrik, sepertihalnya kita tidak bisa lepas dari gadget-gadget yang kita miliki.

Ya, energi listrik telah menjadi makhluk yang amat sangat kita cintai hingga ketergantungan akan dirinya sudah menjadi amat sangat luarbiasa akut. Namun, apakah kita pernah tersadar bahwa energi listrik yang kita nikmati saat ini berasal dari pengolahan bahan bakar yang lama kelamaan akan habis dan amat sangat mustahil untuk disintesis dalam waktu yang sangat singkat. Butuh ribuan bahkan jutaan tahun untuk membuat bahan bakar yang biasa kita sebut sebagai bahan bakar fosil tersebut ada seperti yang telah kita nikmati dan tidak sadar telah kita buang-buang dengan percuma saat ini.

Lantas, jika memang bahan bakar itu habis? Apa yang akan kita lakukan? Padahal ketergantungan kita akan energi listrik sudah sangat luarbiasa akut. Tentunya banyak di antara kita yang apatis dan seenaknya berkata, “kita masih punya cadangan bahan bakar fosil untuk beberapa tahun kedepan.” Lalu bagaimana dengan anak cucu kita? Apakah kita akan mewarisi mereka bumi ini tanpa energi? Membiarkan mereka kelaparan, kegelapan di malam hari, dan susah payah dalam urusan sehari-hari?

Untunglah tidak semua manusia seapatis itu. Masih ada sekumpulan manusia yang peduli akan masa depan energi kita yang ditandai dengan kelahiran teknologi yang akan menjadi sumber energi baru di masa depan nanti, yaitu: teknologi nuklir.

Kelahiran teknologi nuklir dalam sejarah umat manusia ditandai dengan sebuah pidato dari Sir Arthur Stanley Eddington—fisikawan Inggris yang membuktikan teori relativitas Einstein melalui eksperimen gerhana matahari—di acara konseferensi internasional yang bertajuk World Power Conference Berlin pada tahun 1930. Sebuah pidato beberapa menit yang mampu membangunkan hibernasi panjang para fisikawan dunia akan masa depan energi yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Dengan sangat gamblang, Eddington menantang para fisikawan untuk dapat mengakses, mengontrol, dan mengendalikan energi ikat inti yang amat sangat luarbiasa besar yang terkandung di dalam sebuah inti atom. Sumber energi masa depan.

I am going to tantalize you with a vision of vast supplies of

energy far surpassing the wildest desires of the engineerresources

so illimitable that the idea of fuel economy is not

to be thought of.

—Sir Arthur Eddington, Berlin, 1930

FermiSingkat kata setelah melalu perjalanan panjang tantangan tersebut akhirnya baru bisa terjawab 12 tahun kemudian, tepatnya pada tanggal 2 desember 1942, oleh seorang fisikawan Italia peraih nobel dalam bidang fisika bernama Enrico Fermi yang berhasil mewujudkan mimpi Eddington tersebut dengan berhasil mengoperasikan reaktor nuklir pertama yang dikendalikan oleh manusia, Chicago Pile 1. Reaktor nonkomersial tersebut sukses besar dan menginspirasi penelitian lebih lanjut untuk kepentingan komersial.

Hingga akhirnya sekarang, sudah lewat 70-an tahun sejak eksperimen reaktor nuklir yang kali pertama diluncurkan, teknologi nuklir sudah menyuplai lebih dari 16% produksi energi listrik untuk dunia, dengan Perancis tercatat sebagai negara terbesar yang menggunakan teknologi nuklir untuk memenuhi kebutuhan listriknya.

Lalu bagaimana teknologi nuklir dapat menghasilkan energi listrik?

Bagaimana mekanismenya?

Apa itu atom?

Nuklir?

Inti atom?

Bagaimana mungkin inti atom memiliki energi yang amat sangat luarbiasa besar?

Apakah teknologi nuklir ekonomis dan ramah lingkungan?

Apakah radiasi nuklir berbahaya?

Dan sebagainya …

Pertanyaan-pertanyaan yang luarbiasa yang ada dalam imajinasi anda sekarang, insya Allah, akan kami jawab satu per satu secara sekuensial dan rekursi pada artikel-artikel selanjutnya. Sehingga artikel sebelumnya amat sangat penting untuk memahami artikel selanjutnya.

Semoga bermanfaat, salam. [Vani Sugi]

Similar Posts

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *